Tiga tahun setelah pameran tunggal terakhirnya, Narpati Awangga (yang lebih dikenal dengan nama panggilan Oomleo) mencoba untuk mengingat kembali dan mengekspresikan momentum-momentum spesial yang pernah ia alami. Dari penelusuran memori dan upaya menggali momen penting – baik yang manis maupun pahit – ia menyadari sebuah unsur yang selalu hadir dalam rangkaian ingatan ini; yaitu selalu hadirnya sebuah angkutan atau kendaraan yang menjadi maskot dalam peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya. Hal inilah yang lalu memencetuskan ide untuk berkarya dan membuat sebuah pameran solo tentang Oomleo bersama kendaraan-kendaraan yang pernah mengisi hidupnya.

Di jaman modern sekarang di mana kecanggihan alat elektronik sudah melampaui ekspektasi konsumer, pameran Oomleo yang bertajuk “Angkutan” ini bukannya memanfaatkan kemajuan teknologi, malah sengaja memutarbalikkan waktu ke jaman di mana teknologi masih sederhana. Melalui karyanya, Oomleo mempersembahkan kembali visualisasi sederhana di mana yang terlihat pada layar komputer kita adalah rangkaian visual grafis dengan editan terbatas – sebuah bentuk seni digital dengan visualisasi yang dikemas oleh editan pixel. Bentuk seni digital ini lebih dikenal dengan sebutan ‘pixel art’, dan Oomleo boleh dibilang sebagai salah satu pelopor karya seni berbentuk pixel di kancah seni kontemporer Indonesia.

Figur-figur kendaraan – yang dipersembahkan dalam bentuk cetak digital di atas akrilik – tertempel di setiap sisi dinding ruangan putih galeri. Di salah satu sisi yang menghadap ke jalanan adalah dinding kaca; dimana dua layar proyeksi menutupinya secara keseluruhan. Pada layar ini terpampang figur-figur animasi pixel yang dapat dinikmati orang-orang yang berlalu lalang di sepanjang jalan Suryo di mana RUCI Art Space berada.

Menurut Oomleo yang mengkuratori pameran ini sendiri, figur-figur kendaraan ini dipilih berdasarkan pengalaman intim semasa hidupnya yang dianggap paling spesial. Mobil BMW E30 berwarna merah yang terlihat pada karya ‘E30 M3: 1998 IDR 50k My First Remote Control’, contohnya menggambarkan kendaraan dari film populer ‘Catatan Si Boy’ yang kemudian menjadi mobil idaman sang seniman di masa mudanya.

Juga terpajang pada pameran ini adalah sebuah buku antik berjudul “Angkutan” dari seri Khazanah Pengetahuan bagi Anak-Anak – sebuah buku terbitan Tira Pusaka Tahun 1979. Oomleo mengaku bahwa buku yang cukup tersohhor di era 80’an ini merupakan buku pujaannya di masa kanak-kanak. Dengan buku ini sebagai pedoman serta berbekali berbagai kenangan yang dialaminya melalui kunjungan ke Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah semasa kanak-kanak, Oomleo memulai proses berkaryanya untuk pameran ini. Tentu saja sebagai seniman pixel, sebagian besar dari proses ini terdiri dari dirinya menyusun titik pixel di depan layar komputer.

Sejenak mengamati ruang galeri ini, para pengunjung akan mendapati ruang galeri yang terkesan kosong. Mungkin karena hasil cetal digital di atas akrilik ini semua bersifat dua dimensi, dengan ukuran yang tidak terlalu besar pula, pameran ini seakan terdominasi oleh kekosongan dinding putih galeri yang cukup luas ini. Namun, minimnya terjemahan visual yang ditawarkan pameran ini tidak bisa diartikan dengan ungkapan konseptual yang tersembunyi dibalik karya-karya tersebut. Oomleo sendiri pada tulisan kuratorialnya mengakui bahwa ia “tidak menggilai konsep dalam menutur karya”, melainkan hanya berupaya mendeskripsikan kembali momentum unik yang disertakan selera humor.

Pameran ini pun agaknya mencoba mengikutsertakan unsur partisipasi dari para pengunjung. Pada salah satu dinding galeri di lantai dasar, para pengunjung pameran diajak berpartisipasi untuk menciptakan sebuah mural dari stiker-stiker pixel art yang sudah disediakan; dengan menempelkan stiker-stiker tersebut pada dinding menurut imaginasi masing-masing pengunjung. Juga terpajang di sisi pintu masuk galeri adalah sebuah bajaj yang menyimbolkan tema dari pameran ini; sekaligus mengundang para pengunjung untuk mengabadikan momen unik di mana kendaraan jalanan parkir di pintu masuk sebuah galeri seni.

Setelah menyelenggarakan pameran perdana mereka “Hole in The Wall”, pameran “Angkutan” ini merupakan pameran tunggal ke dua yang diselenggarakan oleh RUCI Art Space. Pameran tunggal pertama yang diselenggarakan RUCI merupakan “Selubung Hening” oleh seniman dan fotografer kontemporer, Kinez Riza yang dikuratori oleh Rifandy Priatna. Selanjutnya, RUCI Art Space menjanjikan sebuah pameran berobjek lukisan untuk menutup tahun.

Bagi yang belum sempat mampir ke pameran tunggal Oomleo ini, pameran “Angkutan” masih akan berlangsung di RUCI Art Space sampai tanggal 27 September 2015.

Semua Yang Perlu Diketahui Tentang Djakarta Warehouse Project 2017

Homeshake Akan Menyambangi Jakarta Pada Januari 2018!

Le Money: Ketika Para Seniman Mengesampingkan Uang Demi Idealisme

Gubernur Jakarta Ali Sadikin dan Lukisan Yang Dicoret

Photo Gallery: Magnitude Hammersonic 2017

Photo Gallery: Yellow Claw X Moet & Chandon